DreadOut, sebuah game horor yang terinspirasi dari game horor klasik seperti Fatal Frame ini dibuat oleh studio lokal asal Bandung yaitu Digital Happiness.
Melihat kondisi game horor zaman sekarang yang tidak lagi memiliki
getaran-getaran layaknya game horor tahun 90an, apakah game indie yang
didukung oleh website crowdsourcing Indiegogo ini bisa menggebrak dunia video game horor lewat gameplay dan atmosfer yang ditawarkan?
Jangan Takut
DreadOut bercerita tentang sekelompok pelajar yang terpaksa masuk ke
sebuah kampung yang terbengkalai ketika mereka sedang melakukan
karyawisata. Anda akan bermain sebagai Linda, seorang siswi SMA yang
merupakan salah satu dari kelompok pelajar tersebut. Dalam kampung
tersebut, Linda dan kawan-kawan terperangkap dalam sebuah sekolah yang
berhantu dan mereka terpisah satu sama yang lain. Linda yang dibekali
telepon genggamnya kini harus berusaha mencari teman-temannya dan juga
mencari jalan untuk keluar dari tempat terkutuk itu.
Melalui sinopsis tersebut, nampaknya cerita dalam DreadOut terdengar agak klise layaknya cerita dalam sebuah film horor pada umumnya, tapi bukan dari nilai tersebut DreadOut menunjukkan kebolehannya.
DreadOut mungkin salah satu game yang bisa menunjukkan atmosfer
mencekam secara baik. Dari awal permainan saja Anda sudah disuguhi
lantunan ‘Lengser Wengi’ yang dijamin bisa membuat bulu kuduk berdiri.
Untuk orang luar negeri, mungkin lagu tersebut hanyalah sebuah pembuka
biasa, namun bagi kita yang merupakan orang Indonesia, lagu tersebut
memberikan dampak yang berbeda karena kita mengenalnya bukan? DreadOut
nampaknya lebih fokus untuk memberikan pengalaman budaya lokal dan saya
rasa hal itu sangatlah tepat mengingat budaya Indonesia memiliki
potensi untuk diolah dan menjadikan sebuah karya memiliki nilai eksotis.
Inti dari sebuah suasana yang mengerikan dalam media visual adalah
adanya keterbatasan yang membuat kita mengira-ngira ada sesuatu yang
tidak diketahui di hadapan kita. Saya rasa DreadOut melakukan
kerja yang sangat baik dalam bagian itu. Mulai dari jarak pandang yang
pendek serta tingkat pencahayaan yang benar-benar gelap secara tidak
langsung membuatmu membayangkan bahwa ada ‘sesuatu’ yang menunggu di
balik kegelapan itu. Hal ini pernah digunakan pada beberapa macam game
horor seperti Silent Hill dan hasilnya juga sama seramnya.
Tidak hanya itu saja, desain level yang ada dalam DreadOut
juga dibuat cukup mencekam lewat penataan objek-objek yang ada. Dalam
game ini, Anda terkurung dalam sebuah sekolah, dan biar saya perjelas
bahwa gedung sekolah adalah salah satu tempat terbaik untuk dijadikan
sebuah setting film atau game horor. Sebagai contoh, DreadOut
menggunakan objek kursi dan meja dalam kelas untuk membentuk sebuah
formasi meja-kursi yang terlihat menyeramkan. Kemudian, adanya
objek-objek mencolok yang seharusnya tidak ada dalam sebuah sekolah,
coretan di dinding serta banyak objek rusak yang termakan waktu sangat
menambah nuansa seram dalam game ini.
DreadOut nampak jelas menggunakan konten lokal sebagai daya
tarik utama. Selain untuk keperluan inti gameplay, ada pula hal-hal lain
dari penggunaan materi lokal itu yang membuat kamu malah tersenyum
sendiri. Contohnya di bagian poster-poster yang terpampang di dinding
yang kebanyakan mengingatkan kita betapa noraknya iklan tempel yang ada
di Indonesia. Selain itu ada juga penampakan dari hal-hal yang sering
kita lihat di pinggir jalan sebelum masuk ke gedung sekolah seperti
stand yang menjual CD lagu bajakan bahkan hingga bunga obitueri yang
bertuliskan ‘Turut Berduka Cita (nama backer)’ juga ada. Sebelum Anda
ketakutan sepertinya Anda akan tertawa sendiri dulu (dan itu pasti buat
orang di sekitar Anda ketakutan).
Buka Matamu, Buka Telingamu
Salah satu elemen dalam sebuah game horor adalah jumpscare, namun banyak di antara game horor yang ada malah memberikan jumpscare
secara ‘murahan’. Contohnya seperti menggunakan efek suara yang keras
secara tiba-tiba tapi kita tidak tahu apa yang sebenarnya sedang
terjadi. Dalam DreadOut, hal tersebut tidak akan Anda temukan, melainkan DreadOut memberikan pengalaman jumpscare
tersebut secara bertahap namun tetap mengagetkan. Saya tidak bisa
memberikan contoh karena itu akan merusak pengalaman bermain, tapi kalau
Anda coba sendiri, Anda pasti cukup mengerti apa yang saya maksudkan.
Ada juga satu aspek yang ingin saya ulas yaitu di bidang suara. Karakter dalam DreadOut menggunakan bahasa Inggris dalam percakapannya untuk sementara ini dan nantinya Digital Happiness akan memberikan patch untuk bahasa Indonesia. Tidak ada sesuatu yang istimewa di bagian ini namun begitu saya mendengar efek suara seperti ambience, saya cukup terkejut karena DreadOut
juga bisa menghantarkan atmosfer mencekam hanya lewat suara. Saya
acungkan jempol buat sound designer-nya karena suara yang dipilih
sangatlah tepat dan mampu membuat saya merinding. Suara-suara tersebut
bukan suara keras yang tiba-tiba muncul melainkan malah suara-suara
samar yang justru bisa membuat Anda berkeringat dingin.
Meskipun memiliki impresi yang cukup baik, DreadOut masih
mengalami beberapa masalah di berbagai bagian. Pada teksur objek 3D,
masih ada ketidak seimbangan kualitas tekstur. Beberapa objek dalam game
memiliki kualitas tekstur yang baik dan kebanyakan memiliki tekstur
yang rendah. Selain tekstur, masih juga ada objek yang terkena clipping sehingga kadang terlihat menghilang dari pandangan. Untuk bagian modeling dan rigging
dari karakter sendiri juga masih terlihat agak kasar dan begitu
dianimasikan, deformasi dari bagian-bagian tubuh terlihat tidak alami.
Untuk gameplay, sebenarnya game ini menganut cara bermain yang
sederhana. Anda cukup mengambil foto dari hantu yang Anda temui untuk
mengalahkannya dan semua foto yang Anda ambil bisa disimpan dalam
galeri. Beberapa hantu memiliki cara tersendiri untuk dikalahkan dan itu
menambah variasi dalam permainan. Sayangnya, game ini tidak memiliki
in-game tutorial sehingga sebelum Anda memulai permainan ada baiknya
membaca terlebih dahulu panduan yang ada. Cara ini cukup konvensional
dan mengingatkan saya tentang manual untuk bergerak dalam game Resident Evil tempo dulu.
Satu hal yang cukup membuat saya frustasi memainkan DreadOut
adalah tujuan yang tidak jelas. Tujuan dalam game ini diperlihatkan
dalam bentuk potongan cerita sehingga saya sendiri sering bingung
sebenarnya yang harus saya cari itu apa. Hal seperti ini sebenarnya
sudah cukup lumrah di kalangan game pixel horor, namun karena DreadOut
adalah sebuah game 3D, maka area yang harus dijelajahi menjadi lebih
luas sehingga Anda malah kebingungan lebih dahulu sebelum bisa menemukan
jalan keluar.
Putusan
DreadOut adalah sebuah game horor yang memiliki gameplay
klasik dan atmosfer yang benar-benar mencekam. Meskipun game ini masih
memilki masalah di bidang teknis dan gameplay, DreadOut tetap wajib Anda mainkan terutama jika Anda penggemar game horor dan juga ingin mendukung developer Indonesia.
sumber :
https://id.techinasia.com/review-dreadout-penampakan-game-horor-klasik-yang-dipadu-budaya-indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar